Kamis, 28 November 2013

malam minggu II



“Selamat Ulang tahun ya sayang, I Love You”, kata seorang cowok pada kekasihnya sambil memberikan bingkisan manis dengan suasana Candlelight dinner yang dipersiapkan khusus untuk sang cewek. Kecupan sayang mendarat manis di dahi si cewek. It’s so romantic, isn’t it? Yah begitulah adegan romantis dalam sinema FTV di TV yang sering aku lihat. “Hemmm, romantis banget, pasti seneng banget kalau aku bisa jadi kaya si cewek”. Sambil makan beberapa cemilan yang aku beli waktu pulang dari kampus, aku duduk di depan TV kos sambil menikmati FTV. Seandainya ulang tahunku bisa seromantis itu. Aku mulai berkhayal ini dan itu, seandainya ini dan seandainya itu.
Jangankan bertingkah romantic, untuk menjalani kehidupan normal layaknya orang pacaran saja kami jarang. Abnormal? Hemmm…. Entahlah, biar itu menjadi teka-teki sampai suatu hari nanti.
Selama empat tahun kami berpacaran, ada beberapa momen ulang tahun yang sudah kami lewati berdua. Namun yag paling berkesan menurutku adalah pada saat merayakn ulang tahunku yang ke 20 tahun. Setelah sebelumnya dia bilang “aku belum bekerja apalagi punya penghasilan sendiri, aku tidak bisa memberimu hadiah”, tepat satu minggu setelah tanggal hari ulang tahunku dia menjemputku untuk pergi keluar. Seperti biasa, dia membawa gitarnya dan selalu aku yang bawa istri keduanya itu. Entah direncanakan atau tidak, dia mengajakku untuk duduk di pinggiran rel di stasiun. Aku suka melihat kereta api, mendengar suara kereta, dan melihatnya dari dekat. Dan di sini lah aku bisa melihat besi bermesin dan panjang itu.
Perlahan-lahan laki-laki itu mengeluarkan gitarnya. Di petiknya dengan lembut dan menghasilkan nada-nada yang indah yang sangat nikmat didengarkan. Yap.. malam itu dia membuka momen romantis itu dengan lagu dari Andra and the backbone yang berjudul ‘Tak Ada yang bisa’
“Saat ku pejamkan kedua mataku,
Dan kubayangkan, disampingmu
Ku rasakan selalu hangatnya pelukmu…
Tak ada yang bisa, menggantikan dirimu
Tak ada yang bisa, membuat diriku..
Jauh darimu…”
Satu lagu romantis dari band tersebut selesai dinyanyikan. Sementara dua kereta api sudah melintas di atas rel yang berada kurang lebih 7 meter dariku, aku masih terpaku dan tersenyum bahagia melihat nya. “Sekarang dengarkan ya, ini kado buat ulang tahunmu hari ini”.
Mas Fuad mulai memetik gitar kesayangannya itu lagi dan menyanyikan lagu yang dia ciptakan seniri khusus untuk ku yang sedang berulang tahun pada hari itu.
“akhirnya, kutemukan dirimu..
Cinta yang selalu aku tunggu

Akhirnya, Tuhan kabulkan do’aku
Sekarang ku miliki dirimu
Tuk mengisi hariku

Hari ini, ku ucapkan Selamat Ulang Tahun
Lagu ini ku ciptakan, sebagai kado sayang
Semoga dirimu
Kan setia tuk mengisi hariku
Hingga akhir nafasku

Telah lama, kita jalani bersama
Suka duka kita nikmati berdua
Semoga dihari indah ini
Cinta kita kan semakin bersemi
Selamanya, abadi”

“Selamat Ulang tahun sayang”, ucapnya dengan tersenyum. Aku suka sekali melihat dia tersenyum. “Sekarang giliran yang berulang tahun yang menyanyi dong, ayo nyanyi” pintanya.
Senangnya pada malam itu sungguh tidak terkira rasanya. Suasana romantis itu aku nikmati dengan menyanyikan lagu ‘sempurna’ milik andra. Suasana romantis yang sering digambarkan di FTV atau cerita-cerita yang sering aku dengar di kampus ternyata masih kalah dengan malam itu. Ya.. itu adalah salah satu sisi lain dari mas Fuad, dibalik sikap yang cuek dan (hampir) tidak pernah menampakkan sifat romantis karena tertutup dengan sikap yang (sok) Rocker-nya itu.
Selama empat tahun ini pun sudah banyak kejadian yang kita alami bersama, ibarat rasa kalau waktunya manis, rasanya manis banget. Tapi waktu sedang pahit ya pahit banget. Ibaratnya kopi hubungan kita itu memang terasa pahit kalau diminum cepet-cepet, tapi kalau dinikmati secara perlahan dengan menghirup aromanya, disruput secara pelan-pelan pasti akan terasa nikmat, meskipun di dasar gelas banyak endapan kopi yang sudah pasti pahit. Dan justru hal seperti itulah yang kita jaga dan kita rasakan, meskipun sudah berjalan lama banget, tapi rasanya masih nikmat aja ngejalaninnya. Malah sampai sekarang aku sendiri kalau ketemu mas Fuad masih suka deg-deg an kaya orang yang lagi pedekate.hehe Kata sahabat ku itu malah bagus, katanya dengan begitu hubungan kami akan selalu terjalin. Amin ya robbal alamin.

Sabtu, 24 Agustus 2013

Malam Minggu



MALAM MINGGU INI
Hampir enam bulan aku mengalami hubungan LDR (Long Distance Relationship) dengan pacarku. Yap.. enam bulan… dan sudah hampir empat tahun kami berpacaran. Bisa dibilang baru empat tahun atau sudah empat tahun aku juga tidak mengerti. Tapi yang pasti empat tahun itu bukan waktu yang singkat. Kami berpacaran semenjak aku semester satu, masih awal aku masuk kuliah. Sedangkan dia adalah senior ku beda satu tahun.
Namanya Fuad, Fuad Amsyari, seorang yang sangat sangat keras kepala tapi dia juga yang selalu mempunyai pemikiran yang membuat ku selalu berkata “Oh iya ya”. Selalu pandai dalam membuat senyum, marah, sedih, bangga, senang dan semua perasaan yang ia munculkan dariku. Dalam empat tahun yang kami jalani itu tak sedikit masalah yang muncul yang memicu konflik karena keegoisan kami masing-masing. Tapi pada nyatanya selalu ada pertanyaan dari teman-temanku “Kamu masih sama mas Fuad?” dan dengan senang aku menjawab “Iya! Kami masih pacaran dan sudah hampir empat tahun”. “Waaahhh… keren, bisa awet gitu. Apa resepnya?”. Aku hanya tersenyum saat ada pertanyaan yang terakhir itu.
Memang kalau dibayangkan tidak akan gampang menjalani hubungan sampai beberapa tahun itu. Tapi pada kenyataannya kami berhasil mempertahankan semua. Kalau dilihat dari awal pacaran kami yang masih kekanak-kanakan. Dikit-dikit marah, kalau sms nggak dibales marah, pengennya makan bareng dan jalan bareng melulu. “Ternyata kita pernah kaya gitu ya, maklum masih labil”, kata Mas Fuad pada saat kami bernostalgia. “Iya lah, semua orang pasti mengalami masa-masa seperti itu mas. Apalagi waktu itu dengan gaya rocker-mu yang sok-sok garang tapi kalau sms ga dibales ngambek. Nggak diucapin selamat ulang tahun ngambek. Mana ngambeknya udah kaya ABG labil lagi”, balasku yang juga ikut mengingat masa-masa lampau itu.
Jawaban dalam hatiku saat ditanya teman tentang bagaimana agar hubungan kami awet adalah aku menganggap mas Fuad itu sebagai sahabat sejati yang tak terpisahkan selamanya setelah orang tua dan adikku. Tapi aku tidak suka kalau dibilang hubungan kami itu adalah teman tapi mesra. Bukan..! bukan seperti itu, tapi dia itu orang yang istimewa nomor 3 setelah ayah dan ibuku baru kemudian adikku.
Berawal dari sebuah perkenalan dari kelompok teater di kampusku, aku mulai mengenal mas Fuad, dengan tampang “sok” Rocker-nya berbagai macam gelang berada di pergelangan tangannya, kalung dengan bandul lambang NAZI, celana pensil, rambut ala-ala punkrock, dandanan yang paling nyeleneh sebagai seorang mahasiswa saat itu. Aku tidak menyangka seorang anak “Keras” seperti dia sangat rentan “GALAU” terlebih lagi karena seorang perempuan. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata Tuhan berkehendak lain. Dia bangkit dari kegalauannya dan kemudian mulai pe-de-ka-te dengan seorang mahasiswa baru yang sebenarnya sudah sangat sangat sangat illfeel (sebut saja mati rasa) dengannya. Yap..! mahasiswa baru itu adalah aku, yang sekarang sudah menemaninya selama bertahun-tahun.
“Lalu, kenapa kamu pada saat itu menerima aku sebagai pacarmu kalau sebenarnya kamu sendiri mati rasa sama aku?”, tanya mas Fuad penasaran.
“Ada beberapa alasan pada saat itu, sebenarnya aku sendiri ragu mau jawab apa pada saat itu. Alasan pertama, ya mungkin kamu memang ada niat baik padaku saat itu, alasan kedua, ya apa salahnya menerima niat baik itu, alasan ketiga, mungkin memang hanya kamu yang suka padaku saat itu”, aku tertawa sendiri mengingat saat-saat itu. Sampai sekarang, aku sendiri tidak begitu mengerti kenapa itu bisa terjadi. “Yang penting kan sekarang kita sudah bersama-sama, alasan apapun itu tidak penting yang penting aku sayang sama kamu” tambahku “Terus kenapa sampai sekarang kamu tetap milih aku?”, aku balik bertanya sama mas Fuad.
“Karena kamu itu jawaban do’aku yang dikasih Tuhan untukku, aku hanya berdo’a sama Tuhan semoga diberi yang terbaik dan yang memang untukku. Dan Tuhan ngasih jawaban itu kamu”, jawab mas Fuad dengan senyumnya.
Dari dulu waktu SD, aku selalu punya keinginan untuk mempunyai seorang kakak laki-laki yang bisa melindungi aku dan bisa memberiku perhatian. Karena aku anak pertama hal itu pasti mustahil dan tdak mungkin orang tuaku mengadopsi anak lakilaki dan dijadikan sebagai kakak angkatku. Tapi sekarang, kehadiran mas Fuad itu adalah seperti kakak laki-laki ku yang selalu aku inginkan semenjak aku kecil. Selalu memberiku perhatian, perlindungan, memberikan nasihat, memberikan candaan kecil yang seperti kakak laki-laki yang selalu aku impikan. Dia seperti Ayah yang selalu memberikan kasih sayangnya, mengajariku banyak hal, dan selalu memberikan motivasi buatku. Dan sebagai seorang kekasih, dia mengajariku bagaimana cara mencintai diri sendiri dan orang lain, mengajariku bagaimana menjadi diri sendiri dan apa adanya, mengajariku bagaimana bahagia itu sangat-sangat sederhana.
Iya, sangat sederhana dan itu adalah sebuah kebahagiaan. Aku pernah dengar pepatah mengatakan, “Jangan Kamu Mencari Sebuah Kebahagiaan, tapi nikmatilah, maka kamu akan merasa bahagia”. Biasanya, seorang laki-laki akan relan melakukan apa saja demi wanita yang dia cintai. Apalagi pada hari ulang tahun si perempuan, jauh-jauh hari sebelum tanggal ulang tahun, si cowok pasti sudah memikirkan hadiah apa yang pantas, atau kejutan apa yang akan diberikan untuk kekasihnya agar tambah sayang kepadanya. Tapi tidak dengan mas Fuad, orang yang selalu apa adanya dan aku menyukai ke-apa ada-annya itu bukan ke-ada apa-nya.
Waktu itu aku sedang ulang tahun pada tanggal 16 november, sebelumnya dia berkata kepadaku, “Minggu depan kamu ulang tahun, aku belum bekerja apalagi punya penghasilan sendiri, aku tidak bisa memberimu hadiah apalagi segala macam tentang ulang tahun pacar”. Aku tersenyum dan bahagia mendengarnya, seorang laki-laki yang jujur dan apa adanya, bukan laki-laki yang ingin terlihat keren namun sebenarnya dia tidak bisa apa-apa jadi terlihat munafik kalau menurutku, lebih baik jujur apa adanya.
 “Aku juga tidak ingin hadiah kok, toh ini Cuma ulang tahun biasa, yang terjadi tiap tahun”, jawabku.
“Tapi aku janji, kalau aku kelak sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri aku pasti akan memberimu hadiah yang kamu inginkan. Janji..!”
“Iya, kamu ada buatku aja sudah jadi hadiah untukku”
“Tapi kamu beneran nggak pengen hadiah atau semacamnya?”
“Sebenarnya aku hanya ingin dibuatkan lagu khusus untukku dan dinyanyikan pada saat hari ulang tahunku nanti”
“Baik, aku akan buatkan itu khusus untukmu. Kecil itu mah”, mas Fuad tertawa. Karena kebetulan dia adalah seorang musisi di kampus. Vokalis band, gitaris dan pencipta lagu yang handal. Beberapa teman sudah dibuatkan lagu olehnya, setiap teman yang curhat kepadanya ujung-ujungnnya dibuatkan lagu olehnya. Kecuali aku, aku belum pernah dibuatkan lagu khusus untukku. Jadi aku meminta untuk dibuatkan lagu khusus untukku, terserah itu tentang apa yang penting itu memang ditujukan khusus buat aku. Kekasihnya…

To Be Continued…..


Minggu, 03 Maret 2013

HEATER (III)


 
Yeeaahhh… this the next my story about me and heater (again and again)
Setelah dua kali ane putus nyambung ama heater gan, ane udah terlanjur patah hati ni ceritanya. Setelah minum air kapur (No! don’t remind me about that) dan kesetrum air mie instan plus heater ane meledak. Ok thank’s to your attention. Ane mencoba bangkit lagi dari keterpurukan dan trauma ane dengan yang namanya heater dan khususnya heater plastik. It’s big No No! untuk beli heater yang sama kaya dulu. Setelah mengalami depresi dan kebimbangan karena harus bolak balik ke angkringan untuk beli teh anget dan harus minjem heater sana-sini milik temen kos yang aduhai. Mungkin kisah percintaan Fitri dan Farel yang selalu dirundung masalah karena kehadiran orang ketiga dan ketidak setujuan keluarga besar Farel menerima kehadiran Fitri yang berasal dari kalangan biasa tidak ada apa-apanya dibandingkan ane dan heater. Ah apa-apa an om produser ini, kisah persahabatan ane dengan heater-heater ane juga lebih eksotis dramatis dari pada Shireen sunkar dan Teuku wisnu yang bentar lagi menikah.
Berdasarkan dari hasil pengamatan ane selama ane hiruk pikuk mencari pinjaman heater dari temen ane, ternyata rata-rata heater mereka adalah heater yang terbuat dari stainless steel. Dan dari situ lah ane berpikiran untuk memulai hidup baru dengan heater yang baru lagi. Kali ini, untuk membeli heater yang terbuat dari stainles steel. Karena harganya lebih tinggi dari pada heater ane yang dulu-dulu, untuk kali ini ane membeli heater ini dengan patungan ama temen kos  ane. “Oke Karen kita saling membutuhkan heater, dan nggak mungkin kita membelinya sendiri-sendiri, jadi kita patungan aja. Kita bagi dua, jadi nggak terlalu kelihatan mahal.” Ane langsung menyanggupi usulan dia saat denger kata "nggak terlalu kelihatan mahal". Ya begitulah nasib kami selaku anak kos yang apa adanya.
Heater baru udah ada ditangan, hari-hari berlalu dan selalu terlewati dengan syahdu sendu sedu sedan. Ini adalah heater paling lama yang melekat di kehiduan nge-kos ane. Udah hampir satu tahun. Yep! Satu tahun ane memiliki ni benda sacral. Owh mungkin karena kemarin-kemarin ane pake heater plastic jadi nggak awet ya mungkin. (tapi dalam hati ane berkata, itu murni bukan karena salah heaternya yang berbahan plastic tapi ane nya yang slebornya minta ampun).
Akankah kebersamaan heater dan ane yang sudah terjalin lama kali ini akan terus selamanya bersama? (gaya mbak-mbak presenter gosip). dan ternyata kebersamaan yang sudah lama kami jalin pun juga harus kandas di tengah jalan sama seperti nasib heater ane sebelumnya. Jadi begini ceritanya:
Malam itu ane udah dikejar deadline buat ngumpulin laporan praktikum kuliah. Karena esoknya tu laporan mesti udah ngumpul, jadi mau nggak mau ane harus selesein laporan malam itu juga. Udah jadi kebiasaan yang ane paling nggak suka sama mata ane yang cantik bohay aduhay ini, kalau nggak ada kerjaan pasti betah dan tidur nya malem-malem terus. Giliran ada kerjaan dan itu mengharuskan ane buat lembur, malah baru selesai isya aja udah ngantuknya minta ampun.. karena waktu itu masih jam sembilan malem, ane persiapkan beberapa sesaji yang ane butuhkan buat ngerjain laporan. Kasur busa yang udah lumayan tipis, laptop, dan beberapa catatan sebagai bahan buat ngerjain laporan ntar. Sial! Mata ane udah pengen lekat aja, badan ane udah pengen di istirahatkan aja. Kalau itu ane turutin, laporan ane nggak bakalan kelar dah. Akhirnya ane cuci muka biar lebih fresh, walaupun nggak ngefek apa-apa. (soalnya, kalau udah yang namanya ngantuk itu, ane udah kaya abis dikasih obat tidur dan udah nggak ada toleransi buat terus melekin mata). Pernah waktu itu udah ngantuk banget, padahal belum mandi dan tugas masih banyak, trus ane bikin kopi item supaya lebih melek, soalnya, biasanya orang yang minum kopi item lebih tahan melek. Tapi kalau ane, minum kopi item udah kaya minum susu, setelah menghabiskan segelas kopi item langsung…zzzz….zzzz…... oke, lupakan sindrom ngantuk ane yang udah akut itu. terlalu banyak cerita memalukan tentang penyakit itu.
Setelah ane cuci muka, ane putuskan malam itu mau begadang sambil ditemani segelas kopi item. Ane siapin sebungkus kopi, gelas dan gula. Ane masukin kopi dan gula ke dalam gelas, terus ane nuangin air ke dalam heater untuk dimasak. Hemmm… nunggu air mendidih memang cukup memakan waktu. Baiklah ane sembari nunggu air mendidih, ane lanjutin kerjaan ngerjain tugas ane aja.
Bro! mata ane udah pengen ane cocok aja ne pake pensil, nggak sabaran banget sih ni mata. Nggak mau ikut berjuang dan berkonsentrasi apa ya! Lalu ane pikir, okelah ane rebahan bentar sambil nunggu air mendidih. Soalnya kalau ane paksa buat ngerjain tugas juga percuma nggak bisa konsentrasi dan pasti hasilnya pasti berantakan ni kerjaan. Dan apakah hasil akhirnya???? Jeng jeng jeng…
Zzzzzzzz….zzzzzzzzz….zzzzzzzzzzzz…..zzzzzzzzzzz……zzzzzz…….
Yapp! Yapp! Ane ketiduran, entah gimana ane bisa bangun. Tapi tiba-tiba ane membuka mata ane.. Gelap! Gelap! Ada apa ini? Mati lampu? Laptop ane hibernate sendiri karena kelamaan nuggu ane megang dia, dia juga ikut tertidur. Kenapa ini mati lampu? Kan gelap. Ane nggak suka gelap, sedikit phobia. Setelah melihat sekeliling ane.. What?? Apa-apaan ini? Ada api di samping kasur ane! Api apa ini? HEATER???? Heater ane udah dilahap api?? Padahal kabel nya masih nancap dicolokan. Entah karena terlalu syok apa masih sedikit ngantuk atau gimana ane juga masih bertanya-tanya sampai sekarang. Dengan lembut ane nyabut tu kabel dari colokan, dan masih belum minta tolong (ampun dah, kamar gue kan hampir kebakar. Untung aja apinya nggak merembet ke kasur dan laptop). Kalau itu bukan ane, pasti udah teriak-teriak minta tolong atau panik atau gimana lah selayaknya ornag normal. Yap! Ane akui saat itu ane kaya bukan orang normal. Setelah ane nyabut kabel, api masih menyala-nyala dengan syahdu serdadu dan udah ngebakar setengah heater yang ada bagian plastiknya.
Begonya ane, masih sempet ane padamin tu api dengan ane tiup.. bufffttt… bufffttt…. Mungkin kalau waktu itu emang pikiran ane sedang bego banget tingkat dasar. Logikanya, tu heater prinsipna kaya kompor mbledug, mana mungkin bisa ente padamin dengan cara ditiup. Dikiranya lilin ulang tahun? sekalian aja make a wish supaya cepet wisuda. But, in fact ane niup tu api. Setelah dirasa nggak padam ane baru keluar kamar, dan ternyata satu kos lampunya padam. Kos ane gelap gulita. “mbak,,, mbak…” ane manggil-manggil mbak kos ane. Dia langsung nyaut dan untung belum tidur dianya “Iya dek, kenapa?” sahutnya dari dalam kamar. Ane rasa, dia sedang bersiap-siap narik selimut buat bobok malam itu. “sini deh mbak keluar bentar” ane masih innocent waktu manggil mbak kos itu. No panic! No scary! Hanya ada kepolosan ane yang ane rasa, malam itu sepertinya ane udah bereinkarnasi menjadi seoranga anak kecil yang polos. Padahal kamar ane masih ada api yang menyala menari-nari dengan indahnya di atas heater yang hanya tinggal bagian stainless steel nya. Karena panggilan ane nggak menimbulkan rasa kecuriggaan, mbak kos ane pun keluar kamar dengan santainya.
“kenapa dek?” tanya dia lagi.
“mbak liat deh kamar ane?” God, ada apa dengan diri ane malam itu? dengan tampang polos ane buka pintu ane dan telunjuk ane menunjukkan api yang sedang semangatnya berkobar itu. melihat itu mbak kos ane langsung syok dan panik. “Astagfirullah! Api! Kebakaran dek!” nah ini baru normal. Kalau lihat api langsung harus tahu bagaimana tindakannya. Mendengar teriakan mbak kos ku itu, temen-temen kos ane pada keluar kamar. “Ada apa? Ya Allah, api!” beberapa temen kos ane berteriak dan beberapa mulai panik, heboh dan takut kalau-kalau kos ini terjadi kebaran besar.
Mbak kos ane yang ane penggil pertama  tadi langsung nyari kain dan dibasahi kemudian blup! Cessss! Ditutup lah api tadi dengan kain basah. And finally, the fire is end! Apinya udah mati. Sebagian temen ane bilang “Alhamdulillah, akhirnya. Syukur deh nggak terjadi apa-apa”. Dan tahukah kalian, apa yang ane lakuin saat mereka panik itu? apakah saya juga ikut panik? Tidak! Heboh? Tidak! Ikut membantu memadamkan? Tidak! So ane ngapain waktu itu? hemmm… ane duduk bersandar di tembok depan kamar ane, melihat temen-temen ane yang pada heboh. Dan waktu itu juga ane baru sadar, “oh, berarti listrik kita ini bukan karena dimatiin sama PLN, tapi karena konslet heater. Ya udah mbak ane tak keluar buat ngidupin ni listrik lagi” kebetulan sekring kos an ane ada diluar kos. Jadi waktu itu ane keluar kos sendirian buat ngidupin listrik lagi. Kejadian ini berlangsung sekitar jam dua belas malam, tengah malam tepatnya. Oh my goodness, ternyata udah hampir 3 jam heater ane nancep. Pantesan konslet, pasti airnya udah sampai kering dan akhirnya ngebakar heater ane. Dan karena saking syok atau entah apa, di tengah malam itupun ane juga berani keluar kos an sendirian buat ngidupin listrik. Entah apa yang ada dipikiran ane saat itu, yang pasti listrik udah nyala lagi.
Olala… asap bekas api dipadamkan mengepul banyak banget. Aromanya pun tak sedap. Ane masuk kamar yang penuh asap kaya  habis defogging DB. “Dek, syukur deh kamu nggak apa-apa. Lain kali hati-hati, tu ada laptop dan kasur disampng api tadi, untung apinya tidak menjalar.” Ane hanya tersenyum bercampur bingung, kamar ane dipenuhi asap tebel yang baunya kaya walang sangit. Cepet-cepet kipas angin ane nyalain, niatnya biar asapnya keluas kamar. Untungnya, depan kamar ane ada ruangan yang nggak ada atapnya. Jadi asapnya bisa langsung keluar lewat celah itu. kalau nggak pasti sekosan udah pingsan aja dibuatnya.
“kamu malam ini tidur di kamar ane aja.” Karena kasihan, mbak kos ane nawarin ane. “Tapi ini masih ada kerjaan mbak, besok deadline laporan.” “Ya nggak apa-apa, kamu ngerjain di tempat ane aja. Daripada ente pingsan” yah! Ane ngungsi di kamarnya. Oh kamarku yang malam, maafkan ane yang sangat amat ceroboh karena hamir membakarmu malam ini. Semoga kalian yang sedang ada di dalam kamar betah ya, maafkan ane tas, bantal, selimut, kasur, boneka, baju-baju jaga diri kalian baik-baik selama ane ngungsi.
Setelah merasa baikan, ane malah semangat buat nerusin pekerjaan ane. Ane ngerjain laporan sampai jam 3 pagi dan kelar juga. Kenapa enggak dari tadi, kalau emang Cuma butuh waktu tiga jam aja buat nyelesein ni tugas. Kenapa harus ada kejadian kamar-hampir-terbakar juga? Oh terima kasih Tuhan sudah menyayangiku malam itu. Pada pagi hari, ane siap-siap buat masuk kuliah lagi. Oh… kamarku, aromamu seolah-olah telah terjadi pergumulan beribu-ribu walang sangit dan aromanya pun semerbak menyebar ke segala penjuru ruangan. kipas angin yang ane nyalain pun mungkin sampai kelelahan ngusir tu asap semalaman, soalnya waktu ane temuin tu kipas angin udah ikutan pingsan kelelahan. Kasian. Tas ane pun jadi salah satu korban aroma kesangitan malam itu. mungkin itu jadi saksi bisu kejadian semalam. Bangkai heater ane pun tergeletak di depan kamar ane. Sudah hancur tak berbentuk. Oh malang sekali, dan itu adalah heater patungan ane dengan teman ane yang sudah lulus.
Ketiga kalinya ane harus berpisah dengan benda sacral itu. Tuhan ternyata tidak menjadikan kami jodoh dan harus selalu berakhir tragis. Beberapa hari semenjak kejadian itu, ane berencana membuat minuman hangat lagi dengan heater, tentunya heater pinjem temen kos ane. Dan hanya ada satu pertanyaan dari mbak kos ane kepada ane saat dia melihat apa yang ane lakuin. “Dek, ente masih berani masak pake heater? Kamu nggak trauma?” “Enggak mbak, ane nggak trauma” “Oh, bagus. Yang penting jangan sampai ditinggal tidur lagi kaya dulu, bahaya! Ditunggu aja sampai mateng, Sabar!!” ya pesen itulah yang ane inget-inget sampai saat ini. “Jangan tidur saat masak pake heater.”
Sampai sekarang udah satu tahun ane nggak punya heater, ane belum siap untuk menerima kehadiran heater baru dalam hidup ane. Ibaratnya anak ABG yang pacaran, seolah-olah ane belum bisa melupakan kenangan pahit ane dengan masa lalu ane. Syooohhh…..
Ane nggak ngerti, kenapa kehidupan ane sejak pertama nge-kos selalu berhubungan dengan heater. Dan kenapa heater? Ada rahasia apa dibalik kisah ini? Untuk saat ini, ane udah mulai kepikiran untuk membeli heater lagi, semoga aja untuk yang kali ini ane berjodoh dengan heater dan bisa langgeng sampai anak cucu. Lhoh! Semoga saja heater ane ntar nggak ada problem, entah itu human eror atau apa pun. Semoga tidak teradi apa-apa! Amin…