Sabtu, 24 Agustus 2013

Malam Minggu



MALAM MINGGU INI
Hampir enam bulan aku mengalami hubungan LDR (Long Distance Relationship) dengan pacarku. Yap.. enam bulan… dan sudah hampir empat tahun kami berpacaran. Bisa dibilang baru empat tahun atau sudah empat tahun aku juga tidak mengerti. Tapi yang pasti empat tahun itu bukan waktu yang singkat. Kami berpacaran semenjak aku semester satu, masih awal aku masuk kuliah. Sedangkan dia adalah senior ku beda satu tahun.
Namanya Fuad, Fuad Amsyari, seorang yang sangat sangat keras kepala tapi dia juga yang selalu mempunyai pemikiran yang membuat ku selalu berkata “Oh iya ya”. Selalu pandai dalam membuat senyum, marah, sedih, bangga, senang dan semua perasaan yang ia munculkan dariku. Dalam empat tahun yang kami jalani itu tak sedikit masalah yang muncul yang memicu konflik karena keegoisan kami masing-masing. Tapi pada nyatanya selalu ada pertanyaan dari teman-temanku “Kamu masih sama mas Fuad?” dan dengan senang aku menjawab “Iya! Kami masih pacaran dan sudah hampir empat tahun”. “Waaahhh… keren, bisa awet gitu. Apa resepnya?”. Aku hanya tersenyum saat ada pertanyaan yang terakhir itu.
Memang kalau dibayangkan tidak akan gampang menjalani hubungan sampai beberapa tahun itu. Tapi pada kenyataannya kami berhasil mempertahankan semua. Kalau dilihat dari awal pacaran kami yang masih kekanak-kanakan. Dikit-dikit marah, kalau sms nggak dibales marah, pengennya makan bareng dan jalan bareng melulu. “Ternyata kita pernah kaya gitu ya, maklum masih labil”, kata Mas Fuad pada saat kami bernostalgia. “Iya lah, semua orang pasti mengalami masa-masa seperti itu mas. Apalagi waktu itu dengan gaya rocker-mu yang sok-sok garang tapi kalau sms ga dibales ngambek. Nggak diucapin selamat ulang tahun ngambek. Mana ngambeknya udah kaya ABG labil lagi”, balasku yang juga ikut mengingat masa-masa lampau itu.
Jawaban dalam hatiku saat ditanya teman tentang bagaimana agar hubungan kami awet adalah aku menganggap mas Fuad itu sebagai sahabat sejati yang tak terpisahkan selamanya setelah orang tua dan adikku. Tapi aku tidak suka kalau dibilang hubungan kami itu adalah teman tapi mesra. Bukan..! bukan seperti itu, tapi dia itu orang yang istimewa nomor 3 setelah ayah dan ibuku baru kemudian adikku.
Berawal dari sebuah perkenalan dari kelompok teater di kampusku, aku mulai mengenal mas Fuad, dengan tampang “sok” Rocker-nya berbagai macam gelang berada di pergelangan tangannya, kalung dengan bandul lambang NAZI, celana pensil, rambut ala-ala punkrock, dandanan yang paling nyeleneh sebagai seorang mahasiswa saat itu. Aku tidak menyangka seorang anak “Keras” seperti dia sangat rentan “GALAU” terlebih lagi karena seorang perempuan. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata Tuhan berkehendak lain. Dia bangkit dari kegalauannya dan kemudian mulai pe-de-ka-te dengan seorang mahasiswa baru yang sebenarnya sudah sangat sangat sangat illfeel (sebut saja mati rasa) dengannya. Yap..! mahasiswa baru itu adalah aku, yang sekarang sudah menemaninya selama bertahun-tahun.
“Lalu, kenapa kamu pada saat itu menerima aku sebagai pacarmu kalau sebenarnya kamu sendiri mati rasa sama aku?”, tanya mas Fuad penasaran.
“Ada beberapa alasan pada saat itu, sebenarnya aku sendiri ragu mau jawab apa pada saat itu. Alasan pertama, ya mungkin kamu memang ada niat baik padaku saat itu, alasan kedua, ya apa salahnya menerima niat baik itu, alasan ketiga, mungkin memang hanya kamu yang suka padaku saat itu”, aku tertawa sendiri mengingat saat-saat itu. Sampai sekarang, aku sendiri tidak begitu mengerti kenapa itu bisa terjadi. “Yang penting kan sekarang kita sudah bersama-sama, alasan apapun itu tidak penting yang penting aku sayang sama kamu” tambahku “Terus kenapa sampai sekarang kamu tetap milih aku?”, aku balik bertanya sama mas Fuad.
“Karena kamu itu jawaban do’aku yang dikasih Tuhan untukku, aku hanya berdo’a sama Tuhan semoga diberi yang terbaik dan yang memang untukku. Dan Tuhan ngasih jawaban itu kamu”, jawab mas Fuad dengan senyumnya.
Dari dulu waktu SD, aku selalu punya keinginan untuk mempunyai seorang kakak laki-laki yang bisa melindungi aku dan bisa memberiku perhatian. Karena aku anak pertama hal itu pasti mustahil dan tdak mungkin orang tuaku mengadopsi anak lakilaki dan dijadikan sebagai kakak angkatku. Tapi sekarang, kehadiran mas Fuad itu adalah seperti kakak laki-laki ku yang selalu aku inginkan semenjak aku kecil. Selalu memberiku perhatian, perlindungan, memberikan nasihat, memberikan candaan kecil yang seperti kakak laki-laki yang selalu aku impikan. Dia seperti Ayah yang selalu memberikan kasih sayangnya, mengajariku banyak hal, dan selalu memberikan motivasi buatku. Dan sebagai seorang kekasih, dia mengajariku bagaimana cara mencintai diri sendiri dan orang lain, mengajariku bagaimana menjadi diri sendiri dan apa adanya, mengajariku bagaimana bahagia itu sangat-sangat sederhana.
Iya, sangat sederhana dan itu adalah sebuah kebahagiaan. Aku pernah dengar pepatah mengatakan, “Jangan Kamu Mencari Sebuah Kebahagiaan, tapi nikmatilah, maka kamu akan merasa bahagia”. Biasanya, seorang laki-laki akan relan melakukan apa saja demi wanita yang dia cintai. Apalagi pada hari ulang tahun si perempuan, jauh-jauh hari sebelum tanggal ulang tahun, si cowok pasti sudah memikirkan hadiah apa yang pantas, atau kejutan apa yang akan diberikan untuk kekasihnya agar tambah sayang kepadanya. Tapi tidak dengan mas Fuad, orang yang selalu apa adanya dan aku menyukai ke-apa ada-annya itu bukan ke-ada apa-nya.
Waktu itu aku sedang ulang tahun pada tanggal 16 november, sebelumnya dia berkata kepadaku, “Minggu depan kamu ulang tahun, aku belum bekerja apalagi punya penghasilan sendiri, aku tidak bisa memberimu hadiah apalagi segala macam tentang ulang tahun pacar”. Aku tersenyum dan bahagia mendengarnya, seorang laki-laki yang jujur dan apa adanya, bukan laki-laki yang ingin terlihat keren namun sebenarnya dia tidak bisa apa-apa jadi terlihat munafik kalau menurutku, lebih baik jujur apa adanya.
 “Aku juga tidak ingin hadiah kok, toh ini Cuma ulang tahun biasa, yang terjadi tiap tahun”, jawabku.
“Tapi aku janji, kalau aku kelak sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri aku pasti akan memberimu hadiah yang kamu inginkan. Janji..!”
“Iya, kamu ada buatku aja sudah jadi hadiah untukku”
“Tapi kamu beneran nggak pengen hadiah atau semacamnya?”
“Sebenarnya aku hanya ingin dibuatkan lagu khusus untukku dan dinyanyikan pada saat hari ulang tahunku nanti”
“Baik, aku akan buatkan itu khusus untukmu. Kecil itu mah”, mas Fuad tertawa. Karena kebetulan dia adalah seorang musisi di kampus. Vokalis band, gitaris dan pencipta lagu yang handal. Beberapa teman sudah dibuatkan lagu olehnya, setiap teman yang curhat kepadanya ujung-ujungnnya dibuatkan lagu olehnya. Kecuali aku, aku belum pernah dibuatkan lagu khusus untukku. Jadi aku meminta untuk dibuatkan lagu khusus untukku, terserah itu tentang apa yang penting itu memang ditujukan khusus buat aku. Kekasihnya…

To Be Continued…..