MALAM MINGGU INI
Hampir enam bulan aku mengalami
hubungan LDR (Long Distance Relationship)
dengan pacarku. Yap.. enam bulan… dan sudah hampir empat tahun kami berpacaran.
Bisa dibilang baru empat tahun atau sudah empat tahun aku juga tidak mengerti.
Tapi yang pasti empat tahun itu bukan waktu yang singkat. Kami berpacaran
semenjak aku semester satu, masih awal aku masuk kuliah. Sedangkan dia adalah
senior ku beda satu tahun.
Namanya Fuad, Fuad Amsyari, seorang
yang sangat sangat keras kepala tapi dia juga yang selalu mempunyai pemikiran
yang membuat ku selalu berkata “Oh iya ya”. Selalu pandai dalam membuat senyum,
marah, sedih, bangga, senang dan semua perasaan yang ia munculkan dariku. Dalam
empat tahun yang kami jalani itu tak sedikit masalah yang muncul yang memicu
konflik karena keegoisan kami masing-masing. Tapi pada nyatanya selalu ada
pertanyaan dari teman-temanku “Kamu masih sama mas Fuad?” dan dengan senang aku
menjawab “Iya! Kami masih pacaran dan sudah hampir empat tahun”. “Waaahhh…
keren, bisa awet gitu. Apa resepnya?”. Aku hanya tersenyum saat ada pertanyaan
yang terakhir itu.
Memang kalau dibayangkan tidak akan
gampang menjalani hubungan sampai beberapa tahun itu. Tapi pada kenyataannya
kami berhasil mempertahankan semua. Kalau dilihat dari awal pacaran kami yang
masih kekanak-kanakan. Dikit-dikit marah, kalau sms nggak dibales marah,
pengennya makan bareng dan jalan bareng melulu. “Ternyata kita pernah kaya gitu ya, maklum masih labil”, kata
Mas Fuad pada saat kami bernostalgia. “Iya lah, semua orang pasti mengalami
masa-masa seperti itu mas. Apalagi waktu itu dengan gaya rocker-mu yang sok-sok garang tapi kalau sms ga dibales ngambek.
Nggak diucapin selamat ulang tahun ngambek. Mana ngambeknya udah kaya ABG labil lagi”, balasku yang juga ikut mengingat
masa-masa lampau itu.
Jawaban dalam hatiku saat ditanya
teman tentang bagaimana agar hubungan kami awet adalah aku menganggap mas Fuad
itu sebagai sahabat sejati yang tak terpisahkan selamanya setelah orang tua dan
adikku. Tapi aku tidak suka kalau dibilang hubungan kami itu adalah teman tapi
mesra. Bukan..! bukan seperti itu, tapi dia itu orang yang istimewa nomor 3
setelah ayah dan ibuku baru kemudian adikku.
Berawal dari sebuah perkenalan dari
kelompok teater di kampusku, aku mulai mengenal mas Fuad, dengan tampang “sok” Rocker-nya berbagai macam gelang berada
di pergelangan tangannya, kalung dengan bandul lambang NAZI, celana pensil, rambut ala-ala punkrock, dandanan yang paling nyeleneh sebagai seorang mahasiswa
saat itu. Aku tidak menyangka seorang anak “Keras” seperti dia sangat rentan
“GALAU” terlebih lagi karena seorang perempuan. Namun seiring berjalannya
waktu, ternyata Tuhan berkehendak lain. Dia bangkit dari kegalauannya dan
kemudian mulai pe-de-ka-te dengan seorang mahasiswa baru yang sebenarnya sudah
sangat sangat sangat illfeel (sebut
saja mati rasa) dengannya. Yap..! mahasiswa baru itu adalah aku, yang sekarang
sudah menemaninya selama bertahun-tahun.
“Lalu, kenapa kamu
pada saat itu menerima aku sebagai pacarmu kalau sebenarnya kamu sendiri mati
rasa sama aku?”, tanya mas Fuad penasaran.
“Ada beberapa alasan
pada saat itu, sebenarnya aku sendiri ragu mau jawab apa pada saat itu. Alasan
pertama, ya mungkin kamu memang ada niat baik padaku saat itu, alasan kedua, ya
apa salahnya menerima niat baik itu, alasan ketiga, mungkin memang hanya kamu
yang suka padaku saat itu”, aku tertawa sendiri mengingat saat-saat itu. Sampai
sekarang, aku sendiri tidak begitu mengerti kenapa itu bisa terjadi. “Yang
penting kan sekarang kita sudah bersama-sama, alasan apapun itu tidak penting
yang penting aku sayang sama kamu” tambahku “Terus kenapa sampai sekarang kamu
tetap milih aku?”, aku balik bertanya sama mas Fuad.
“Karena kamu itu
jawaban do’aku yang dikasih Tuhan untukku, aku hanya berdo’a sama Tuhan semoga
diberi yang terbaik dan yang memang untukku. Dan Tuhan ngasih jawaban itu
kamu”, jawab mas Fuad dengan senyumnya.
Dari dulu waktu SD,
aku selalu punya keinginan untuk mempunyai seorang kakak laki-laki yang bisa
melindungi aku dan bisa memberiku perhatian. Karena aku anak pertama hal itu
pasti mustahil dan tdak mungkin orang tuaku mengadopsi anak lakilaki dan
dijadikan sebagai kakak angkatku. Tapi sekarang, kehadiran mas Fuad itu adalah
seperti kakak laki-laki ku yang selalu aku inginkan semenjak aku kecil. Selalu
memberiku perhatian, perlindungan, memberikan nasihat, memberikan candaan kecil
yang seperti kakak laki-laki yang selalu aku impikan. Dia seperti Ayah yang
selalu memberikan kasih sayangnya, mengajariku banyak hal, dan selalu
memberikan motivasi buatku. Dan sebagai seorang kekasih, dia mengajariku
bagaimana cara mencintai diri sendiri dan orang lain, mengajariku bagaimana
menjadi diri sendiri dan apa adanya, mengajariku bagaimana bahagia itu
sangat-sangat sederhana.
Iya, sangat sederhana dan itu adalah
sebuah kebahagiaan. Aku pernah dengar pepatah mengatakan, “Jangan Kamu Mencari
Sebuah Kebahagiaan, tapi nikmatilah, maka kamu akan merasa bahagia”. Biasanya,
seorang laki-laki akan relan melakukan apa saja demi wanita yang dia cintai.
Apalagi pada hari ulang tahun si perempuan, jauh-jauh hari sebelum tanggal
ulang tahun, si cowok pasti sudah memikirkan hadiah apa yang pantas, atau
kejutan apa yang akan diberikan untuk kekasihnya agar tambah sayang kepadanya.
Tapi tidak dengan mas Fuad, orang yang selalu apa adanya dan aku menyukai
ke-apa ada-annya itu bukan ke-ada apa-nya.
Waktu itu aku sedang
ulang tahun pada tanggal 16 november, sebelumnya dia berkata kepadaku, “Minggu
depan kamu ulang tahun, aku belum bekerja apalagi punya penghasilan sendiri,
aku tidak bisa memberimu hadiah apalagi segala macam tentang ulang tahun
pacar”. Aku tersenyum dan bahagia mendengarnya, seorang laki-laki yang jujur
dan apa adanya, bukan laki-laki yang ingin terlihat keren namun sebenarnya dia
tidak bisa apa-apa jadi terlihat munafik kalau menurutku, lebih baik jujur apa
adanya.
“Aku juga tidak ingin hadiah kok, toh ini Cuma
ulang tahun biasa, yang terjadi tiap tahun”, jawabku.
“Tapi aku janji,
kalau aku kelak sudah bekerja dan punya penghasilan sendiri aku pasti akan
memberimu hadiah yang kamu inginkan. Janji..!”
“Iya, kamu ada
buatku aja sudah jadi hadiah untukku”
“Tapi kamu beneran nggak pengen hadiah atau semacamnya?”
“Sebenarnya aku
hanya ingin dibuatkan lagu khusus untukku dan dinyanyikan pada saat hari ulang
tahunku nanti”
“Baik, aku akan
buatkan itu khusus untukmu. Kecil itu mah”, mas Fuad tertawa. Karena kebetulan
dia adalah seorang musisi di kampus. Vokalis band, gitaris dan pencipta lagu
yang handal. Beberapa teman sudah dibuatkan lagu olehnya, setiap teman yang
curhat kepadanya ujung-ujungnnya dibuatkan lagu olehnya. Kecuali aku, aku belum
pernah dibuatkan lagu khusus untukku. Jadi aku meminta untuk dibuatkan lagu
khusus untukku, terserah itu tentang apa yang penting itu memang ditujukan
khusus buat aku. Kekasihnya…
To Be
Continued…..