Minggu, 24 Februari 2013

SENI


Apa itu seni? Siapa yang menciptakan seni itu? Atau, siapa dia?
Seni itu indah bukan? Dan bukankah ada sebuah hadits riwayat yang menyatakan “Allah itu indah, dan mencintai keindahan”.
Bisakah diartikan Tuhan juga mencintai seni?
Hooopppp…
Tinggal seni yang seperti apa, dan itu relative dan tidak objektive. Berbicara soal seni tidak ada habisnya, dan pro kontra dari berbagai sudut pandang pun pasti ada. Seni dari sudut pandang budaya, tradisi, social dan Agama lebih sering menimbulkan banyaknya perbedaan pendapat.
Berjiwa seni itu yang seperti apa? Apakah harus menjadi pelaku seni atau hanya dengan menyukai seni sebagai penonton setia saja?
Ooooohhhh….
Beribu pertanyaan dalam hati selalu muncul saja setiap mendengarkan obrolan-obrolan mengenai itu. Dan yang pasti pertanyaan itu hanya bisa di batin saja. Lalu kapan mendapat jawabannya? Entahlah…
Kalau sudah begini, hanya bisa mengingat-ingat saat Ayah mengenalkan aku dengan seni musik, pada saat itu adalah musik dangdut. Musik rakyat katanya. Sering mendengarkan lagu-lagu dangdut kelamaan bisa menyanyikan lirik-liriknya dengan syahdu seperti penyanyi aslinya. Evi Tamala dengan gitarnya, Elvi sukaesih dengan lagu “Gula-gula”, si kembar Rana-Rani “Malam Terakhir” dan masih banyak lagi. Dan kebetulan saat itu Adik ayah adalah seorang pimpinan orkes dangdut dimana dia tukang Organ, ayah sebagai Bassis dan beberapa rekannya dan kakak keponakan perempuan ku sebagai penyanyi dangdut. Orkes dangdut saat itu memang sedang in sedang popular di kalangan masyarakat berbagai golongan.
Setelah masuk tahun 2000-an orkes tersebut berganti dengan “Orgen tunggal”, namun Ayah lebih memilih berhenti karena beliau sudah tidak begitu tertarik dengan itu. Kakak ku kini masih menjadi penyanyi dangdut, campursari dan merambah ke dunia sinden. Karena Pamanku si pemimpin itu juga sejak tahun 80an merangkap di dunia “Pewayangan”. Saat itu juga aku mengenal budaya wayang dan unsur Jawanya. Meskipun cukup mengenal dunia seni, namun keluarga besar sering memunculkan pro kontra, dari pemikiran keluarga kami, seni itu banyak sisi negative. Lalu, kenapa mereka juga mengenal dunia seni? Kami berasal dari keluarga baik-baik dan lebih mengenal agama. Sehingga terkadang sering bertolak belakang juga.
Sempat waktu aku masih SMP ikut pamanku sebagai penyanyi, bukan penyanyi dangdut tapi penyanyi marawis. Dan dari situ juga aku lebih menyukai seni, meskipun harus pulang tengah malam dan harus sekolah esok harinya. Dan hanya bertahan satu tahun, karena grup marawis itu juga akhirnya bubar.
Okeee…..
Sudah cukup dari itu, aku sudah menyukai seni untuk diriku, sebagai penonton saja cukup. Meskipun sekarang sudah menjajal dunia seni peran Teater dan aku sangat menyukai itu. dan saat inilah mulai berkecamuk lagi ingin mengenal seni seperti dulu lagi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar