Apa itu seni? Siapa yang menciptakan seni itu? Atau, siapa
dia?
Seni itu indah bukan? Dan bukankah ada sebuah hadits riwayat
yang menyatakan “Allah itu indah, dan mencintai keindahan”.
Bisakah diartikan Tuhan juga mencintai seni?
Hooopppp…
Tinggal seni yang seperti apa, dan itu relative dan tidak
objektive. Berbicara soal seni tidak ada habisnya, dan pro kontra dari berbagai
sudut pandang pun pasti ada. Seni dari sudut pandang budaya, tradisi, social dan
Agama lebih sering menimbulkan banyaknya perbedaan pendapat.
Berjiwa seni itu yang seperti apa? Apakah harus menjadi
pelaku seni atau hanya dengan menyukai seni sebagai penonton setia saja?
Ooooohhhh….
Beribu pertanyaan dalam hati selalu muncul saja setiap
mendengarkan obrolan-obrolan mengenai itu. Dan yang pasti pertanyaan itu hanya
bisa di batin saja. Lalu kapan mendapat jawabannya? Entahlah…
Kalau sudah begini, hanya bisa mengingat-ingat saat Ayah
mengenalkan aku dengan seni musik, pada saat itu adalah musik dangdut. Musik
rakyat katanya. Sering mendengarkan lagu-lagu dangdut kelamaan bisa menyanyikan
lirik-liriknya dengan syahdu seperti penyanyi aslinya. Evi Tamala dengan
gitarnya, Elvi sukaesih dengan lagu “Gula-gula”, si kembar Rana-Rani “Malam
Terakhir” dan masih banyak lagi. Dan kebetulan saat itu Adik ayah adalah
seorang pimpinan orkes dangdut dimana dia tukang Organ, ayah sebagai Bassis dan
beberapa rekannya dan kakak keponakan perempuan ku sebagai penyanyi dangdut. Orkes
dangdut saat itu memang sedang in sedang
popular di kalangan masyarakat berbagai golongan.
Setelah masuk tahun 2000-an orkes tersebut berganti dengan “Orgen
tunggal”, namun Ayah lebih memilih berhenti karena beliau sudah tidak begitu
tertarik dengan itu. Kakak ku kini masih menjadi penyanyi dangdut, campursari
dan merambah ke dunia sinden. Karena Pamanku si pemimpin itu juga sejak tahun
80an merangkap di dunia “Pewayangan”. Saat itu juga aku mengenal budaya wayang
dan unsur Jawanya. Meskipun cukup mengenal dunia seni, namun keluarga besar
sering memunculkan pro kontra, dari pemikiran keluarga kami, seni itu banyak
sisi negative. Lalu, kenapa mereka juga mengenal dunia seni? Kami berasal dari
keluarga baik-baik dan lebih mengenal agama. Sehingga terkadang sering bertolak
belakang juga.
Sempat waktu aku masih SMP ikut pamanku sebagai penyanyi,
bukan penyanyi dangdut tapi penyanyi marawis. Dan dari situ juga aku lebih
menyukai seni, meskipun harus pulang tengah malam dan harus sekolah esok
harinya. Dan hanya bertahan satu tahun, karena grup marawis itu juga akhirnya
bubar.
Okeee…..
Sudah cukup dari itu, aku sudah menyukai seni untuk diriku,
sebagai penonton saja cukup. Meskipun sekarang sudah menjajal dunia seni peran
Teater dan aku sangat menyukai itu. dan saat inilah mulai berkecamuk lagi ingin
mengenal seni seperti dulu lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar